Sudah lama sekali aku nggak liburan. Kali ini jatah sisa cutiku masih banyak, jadi aku berniat mengunjungi temanku yang ada di Malang. Perjalanan dimulai dari Bandung menggunakan kereta api. Aku memlih kereta dengan transit di Blitar, lalu melanjutkan dengan kereta lokal. Perjalanan dimulai dari Banudng pukul 23.00. Rasanya agak malas karena terlalu larut malam. Hal ini menyebabkan jam tidurku juga berkurang. Benar saja jam 5 aku sudah kebangun dan kereta masih ada di daerah perbatasan Kebumen. Begitu terbangun aku langsung laper. Berhubung aku nggak bisa makan nasi di dalam kereta karena pasti mual, aku dari Bandung bawa bekel burger dan roti. Dan tentunya aku membawa antasid, karena aku pasti mmebutuhkan ini. Benar saja, sehari itu aku dua kali makan antasid, karena lambungku memang harus makan nasi.
Kereta sampai Blitar pada pukul setengah 2 siang dan tentunya aku benar-benar sudah bosan duduk dan juga laper. Sampai-sampai aku menghitung Kabupaten mana saja yang harus kuewati. Aku berjalan keluar stasiun mencari nasi ampok khas Blitar. Jadi nasi ampok ini terbuat dari jagung. AKu menyusuri jalan mengandalkan maps karena di maps tertera ada yang menjual di dekat stasiun. Tapi ternyata belum buka, jadi aku nggak nemu. Aku berjalan samapai alun-alun Kota Blitar. Nggak begitu panjang sih. Cuman sekitar 400 meter. Lalu aku memesan menggunakan apikais Grabfood (btw di blitar nggak ada gojek available yak). Aku dapat driver dan ternyata tutup Oke baiklah, aku nggak jadi makan nasi ampok.
Aku kembali melanjutkan perjalanan ke Malang menggunakan kereta lokal pukul setengah 3. Ternyata keretanya lumayan penuh daripada kereta yang aku naiki dari Bandung. Perjalanan ke Malang tiba pukul setengah 6 petang. Aku dijemput Afi-temanku di stasiun. Stasiun Malang ternyata kecil. Begitu dijemput, aku langsung minta diantar makan. Aku mencari tempat makan legendaris. Tadinya mau beli sate gebug atau rawon nguling malam itu, tapi ternyata sudah tutup. Ternyata jalanan Malang sangat sepi, tak begitu ramai. Akhirnya aku memutuskan untuk memakan Tahu Lontong Lonceng Panca Budhi.. Tahu ini sebenarnya hampir mirip dengan Kupat Tahu Singaparna. Ada bumbu kacang yang dicampur dengan petis. Warung Tahu Lontong ini sudah ada sejak tahun 1935. Aku memesan tahu telor lontong, Jadi ada campuran telor goreng gitu. Lontongnya super lembut. Porsinya juga lumayan banyak.
Setelah kenyang makan, kami beranjak menuju kosan teman aku dan bebersih lalu tidur saking lelahnya.
Hari berikutnya aku bangun pagi. Karena teman aku memang suka bangun pagi, aku jam 6 pun sudah bangun. Sebenarnya aku tak ada planning mau kemana, aku hanya ingin escape dari Bandung dan bertemu dengan temanku karena sudah setahun tak jumpa gara2 pandemi. Kebetulan Afi juga kerja, meskipun WFH, dia juga disibukan mengajar mahasiswanya lewat daring dan sedang disibukan dengan rapat-rapat di kampus. Jadi aku bisa apa?
Akhirnya hari pertama aku metuskan untuk kulineran legendaris. Dimulai dari Toko Oen yang menjual es krim legend. Toko ini sudah berdiri sejak tahun 1930 di Malang, Ternyata awal mulanya toko ini ada di Jogja dan Semarang. Bangunanaya masih khas bangunan jaman dulu. Begitu masuk suasana klasik dan vintage. Di depan ada juga etalase berisi roti dan kue kering khas Belanda. Aku memesan es krimnya. Memang lumayan mahal sih harganya. Aku pesan yang rekomendasi dari sini yakni Oen's Spesial dengan harga 60.000 belum termasuk PPN. Isinya 3 scoops, dan aku lupa rasa apa saja. Tapi menurutku rasanya memang biasa saja. Tapi ini termasuk klasik rasanya dan mungkin cara pembuatannya juga homemade, jadi masih orisinil legendarisnya.
Perjalanan dilanjutkan menuju Rawon Nguling untuk sarapan. Rawon Nguling ini cabang uatamnay di Ponorogo. Sumpah enak banget rawonnya. Dan penyajiannya pun cepat. Harga nasi rawon 30.000. Tempatnya pun ramai pengunjung,
Setelah dari sini, aku berjalan mengikuti maps menuju kampung Jodipan. Kurang lebih 1 km. Aku memilih berjalan kaki, tApi ternyata orang sana langka jarang kaki, tak seperti di Bandung, Dan kebetulan untuk menuju kampung Jodipan, aku harus menyeberangi jalan yang mana sangat susah disebrangi Di jalan itu banyak truk2 besar dan macet karena ada rel kereta. Aku sampai 15 menit berpikir buat nyebrang. Sempat ingin give up karena saking susah nyebrangnya dan aku benar2 ngatuk dan lelah. Tapi akhirnya kau berhasil sampai kampung warna warni itu. Sebenarnya di Bandung juga ada, dan aku malah belum pernah. Tapi saking gabutnya aku mampir ke tempat ini. Kampung ini dicat warna warni dan dihias sedemikian rupa. Ada sungai yang meisahkan kampung warna warni ini. Di atas sungai ada jembatan penghubung dan dari situ bisa terlihat juga jembatan rel kereta api. Aku menunggu kereta lewat karena ingin mengambil foto, tapi susah untuk mendapatkan jam kereta lewat, akirnya aku give up,
Setelah dari kmapung Jodipan, rencananya aku ingin jalan-jlan ke Mall. Akhirnya aku ke Sarindah, aku pikir ini mall gede tapi ternyata tidak, akhirnya aku memutuskan untuk nggak masuk. Karena pada dasarnya aku memang malas jalan-jalan ke mall, cuman ingin tau aja seperti apa. Akhirnya aku berjlan mencari sate gebug. Aku berjalan dengan maps. Karena jaraknya nggak terlalu jauh. Dan jalan kaki itu menyehatkan. Tapi ternyata di tengah jalan sedang ada perbaikan jalan yang mana jalan ditutup, hingga akhirnya karena aku jalan kaki, aku menerobos aja jalan yang sedang diperbaiki. Tadinya aku udah mau nyerah dan akan memesan gojek buat pulang, tapi akhirnya nekat saja.Hahaha
Di sini aku terjebak hujan, padahal setelahnya ingin ke Paralayang yang hanya berjarak kurang lebih 2km. Tapi karena hujan, akhirnya harus menunggu hujan reda. Setelah reda, kami beranjak menuju Paralayang. Jalan menuju ke sana melewati daerah pedesaan dan ada jalanan yang yang berbatu jelek. Jalannya ada yng lumayanmenanjak namun tak terllau curam. Di tempat ini ada beberapa spot wisata yakni Paralayang dan penginapan Omah Kayu. Tempatnya berada di Gunung Banyak. Namun sayang ketika ke sinitempat ini diselimuti kabut, jadi tak bisa melihat pemandangan bagus Kota Malang dan Kota Batu di bawah sana.
Hari berikutnya, aku bernagkat ke Surabaya menggunakan kereta lokal. Perjalanan dimulai set 7 pagi dari Stasiun Malang Kota. Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam sampai ke Stasiun Gubeng Surabaya. Setelah tiba, aku memesan gojek menuju Sate Klopo Ondomohen Bu Asih. Ondomohen ternyata adalah sebutan nama jalan. Dan sate klopo Bu Asih ini terkenal sudah sejak lama. Klopo artinya kelapa. Klopo arinya kelapa. Jadi sate yang dijual di sini adalah sate ayam dan kambing yang dibaluri parutan kelapa lalu dibakar. Rasanya sangat gurih. Aku membeli sate ayam dengan harga 20.000/porsi dan berisi 10 tusuk.