Ada tempat nongkrong di daerah Tubagus Ismail nih. Namanya Terai Coffeatery. Tempatnya ada di pinggir jalan banget. Menunya macem-macem. Dari yang minuman kopi hingga smoothie. Makanan beratnya juga ada lhoh. Menu yang dipesan ada blue sky, kopi susu terai, black sabbath matters, smoothies strawberry, white lychee, newyork burger, gyudon, fish and chips, triple decker sandwich. Yang paling the best adalah gyudon, nasinya pulen, beefnya berasa bumbunya. But overall oke sih rasanya.
Biiru Not Sushi Bar
Sebenarnya udah dari lama masuk wishlist, tapi baru kesampaian. Sebenarnya tempat ini seperti mini bar gitu dengan mengadopsi gaya jepang2an. Aku pengen ke sini karena jepang2nya itu yang lucu. Di tempat ini mayoritas menjual minuman beralkohol. Tapi tenang, non alkohol pun ada kok semacam cola, sprite bahkan bintang zero alkohol pun ada. Ada cemilannya juga. Terus ada juga soju di sini. Sempet mupeng sih tapi ya syukur bs mengendalikan diri. Hohoho. Yang datang ke sini emang mayoritas anak muda, cuman kebetulan aja pas aku ke sini ada bu ibu paruh baya sama suaminya. Bagi yg berhijab gimana datang ke tempat ini? Aku ke sini juga berhijab dan kebetulan ada kok pas di sana ketemu sama yg berhijab termasuk si ibu2. Asal jangan pesen yg alkohol aja sih. Kan namanya tujuannya mau nongki sama temen. Oh ya untuk tempat duduknya itu kaya masuk ke dlm ruangan2 gitu. Eh gimana ya menjelaskannya. Bukan ruangan tpi kaya sekat gitu. Tiap sekat teridi dari dua meja. Nah kalau pinuh, kita mau nggak mau harus berbagi sekat sama org lain dalam satu sekat. Dan nggak nymannya disitu aja sih. Karena satu sekat itu ukurannya g terlalu luas.
Sekala The Common Place
Ternyata tempatnya ada di area perkomplekan daerah dirgahayu. Masuknya dari jalan Awiligar ya. Tempatnya sebenarnya lumayan cukup sih. Ada indoor ataupun outdoor. Paling suka yg outdoor sih karena banyak hijau2 pepohonan. Rasanya kaya di halaman tengah rumah. Aku pesen romblend. Semacam susu dengan taburan regal. Tapi asli ini enak banget. Manisnya pas. Oh ya di sini sbenarnya ada menu makananya, tapi pas aku ke sana lagi nggak available.
Warung Bu Eha Cihapit
Cobain deh makan ke sini. Warung makan yang terletak di dalam Pasar Cihapit ini beda lhoh. Warung ini sudah ada di sini sedjak 1947. Kalau pengen ceper, masuknya lewat gang nikmat yang ada masjidnya itu. Nah kalau lwt sini mah begitu nemu pintu masuk pasar langsung aja lurus paling ujung. Meskipun di dalam pasar, tetap bersih lhoh. Pasar cihapit emang bersih sih dalemnya. Aku pesen nasi urap sama pepes usus. Sumpah urapnya enak banget sampai kebayang bayang terus rasanya. Pepes ususnya juga enak. Sambel pendampingnya jg pedes. Pokoknya mah makn di sini mah ngeunah, nimat, murah dan legend. Pas bayar pun aku ciman habis 12ribu doank. Kupikir aku bakal kurang kenyang gt pas pelayannya ngambilin nasi dan nunjukin mau seberapa. Sebenarnya pngn bilang tambah tpi ya udahlah. Eh ternyata kenyang jg orsi segitu.
Warung Taru
Makan di tempat yang berkonsep tradisional. Namanya Warung Taru di daerah Dago Bengkok sebelum jalan masuk Dago Giri. Tempatnya nggak terlalu luas karena memanfaatkan lahan
pinggir jalan dengan kontur perbukitan. Nah yang lucu di sini,aku menemukan perabotan jadul, seperti sedang berada di ruamh nenek.
Menu yang ditawarkan di sini adalah makanan khas daerah. AKu sebenarnya pengen pesan pecel, tapi kebetulan lagi habis. Akhirnya aku memesan soto pakai nasi. Seporsinya ternyata lumayan banyak dan mengenyangkan. Nah pemandangan yang ada di sini itu perbukitan Dago-Lembang. Kalau mau lihat Punclut, dari sini terlihat jelas. Sebenarnya kalau ke sini cocoknya pagi hari sambil sarapan sih.
Mie Gacoan
Udah lama sejak ada mie gacoan di Bnadung, tapi baru sempet mampir. Tiap kali lewat Setiabudhi, tempat ini selalu penuh. Heran dan penasaran juga. Akhirnya pada suatu siang aku mampir ke sini. Waktu itu aku ke sini sekitar 1 jam lebih. Pas nyampe sana kaget juga. Ternyata antriannya parah. Tapi yang paling banyak antriannya antrian untuk ojol dari mamang grab, gofood sampai shopee food. Dan yang bikin aku kaget adalah antriannya mencapai ratusan. Sempet terdengar angka 900. Langsung nelen ludah.
Berhubung aku pengen dine in dan kebetulan masih musim PPKM, yang di batas kapasitas 50% ya akhirnya aku antri deh. Jadi di sini antriannya terbagi menjadi antrian ojol, antrian take away umum sama antrian dine in. Kebetulan pas aku nyampai halaman, ada yang antri dine in baru aja dipanggil masuk. Aku dapat nomor 19. Aku nunggu di depan sekitar 20 menit untuk dipanggil masuk. Setelah dipanggil masuk, aku dikasih nomer meja. Sistemnya duduk dulu lalu dipanggil lagi buat ke kasir pesan menu sampai bayar. Oke kupikir nggak akan nunggu lama karena udah duduk. Ternyat aku dipanggil lagi selang lebih 30 menit. Ya kurang lebih 45 menit-1 jam kemudian aku baru dipanggil. Ternyata setelah kuamati, pemanggilan ke kasirnya menunggu antrian aku setelahnya. Jadi dikumpulin dulu lalu dibarengin sekalian. Padahal jarak aku dengan pengunjung setelah aku itu jaraknya lama. Waktu itu yang dipanggil sekalian 4-5 antrian. Kalau nomer sebelum aku, aku sempet denger 3 antrian lalu dipanggil sekaligus.
Emang sih setelah pesen dan byar ke kasir langsung datang makananya nggak nunggu lama. Tapi nunggu sampai pesen menu itu lho yang keburu salatri alias sakit kelaperan. Pas begitu aku ke depan, antrian ojolnya udah sepi. Waktu itu dipanggil sekitar pukul setengah 3 lebih. Oke bisa jadi mungkin aku salah jam datang ke sini.
Menu yang kupesan mie iblis. Rasanya yamien manis. Level pedasnya 3. Tapi belum kerasa pedas di lidah aku. Harganya yang ditawarkan di tempat ini memang murah-murah parah. Paling mentok di angka 10.000 seporsi. Oke mungkin ramai karena murah dan deket lingkungan kampus. Untuk rasa nih, awalnya enak. Tapi lama-lama aku merasa eneg. Nggak tau karena faktor apa. Bisa jadi udah keburu hoream karena kelaperan parah, terus antri lama terus aku sembari nyemil makanan yang kubawa, terus pas makanan dateng, nafsu makan hilang. Dan aku merasa mienya sebenarnya biasa aja sih. AKu juga pesan dimsum dan itu belum aku sentuh sama sekali udah keburu males. Mungkin kalau mau ke sini memang jangan pas jam makan. Kalau mau pesan lwt ojol juga kayanya juga harus sabar. Waiters di sini banyak banget tapi kayanya masih harus nambah koki biarlebih cepat mengatasi tingkat pemesanan.
Lisung Resto
Sudah lama sekali tempat ini masuk wishlist buat dikunjungi tapi baru kesampaian.
Nuansa restonya Jawa gitu. Terlihat dari bangunan, ornamen dan tulisan-tulisan yang dipajang. Resto ini terdiri dari dua lantai. Lantai yang di pertama justru ada yang dibawah tanah, jadi turun gitu ke bawah. Semuanya bisa melihat city view Kota Bandung. Menu yang ditawarkan ada makanan berat ringan, minuman dari teh, kopi hingga mocktail. Makanan berat yang ditawarkan yakni makanan tradisonal.
Berhubung di sini aku mau nyantai aja, makanan yang kupesan cemilan dan minuman. Aku pesan mendoan, pisang goreng. Minumannya aku pesan green tea frape. Rasa minumannya kurang manis. Tapi cemilan enak. Cobain ke sini dari sore ke malem. Oh ya ada area outdoornya juga. Lapangannya lumayan luas buat bawa anak kecil main-main di halamannya. Halamannya juga teduh. Harga yang ditawarkan juga murah.
Katsunyaka
Tempatnya kaya di Foodmarket gitu, jadi satu bangunan untuk beberapa tempat. Katsunyaka tepatnya ada di sebelah kiri dari pintu masuk. Tempatnya kecil memanjang. Tersedia untuk area merokok dan non smoking. Aku memesan Katsu Mozzaru dan chicken nanban. Jadi katsu dengan topping mozarela. Di bawah katsunya udah sekalian nasinya. Nasinya butter rice. Cuman aku rada nggak suka nasi ini. Karena berbumbu dan berasa. Jadi nggak nikmat makannya. Kaya berasa nyesel pesen ini. Lebih baik pesen yang set dengan nasi biasa. Terus ochanya juga enak sih. Untuk harga memang masih tergolong murah.
Warung Niis
Ada tempat yang tergolong masih lumayan baru di daerah Ciburial Dago Atas. Rutenya melalui Jalan Bukit Pakar Timur lurus terus ke atas. Tempatnya dekat sama Mana Cafe. Ketika aku ke sana weekday, jadi nggak begitu ramai. Oh ya sebelum tepat ini pisan, jangan kaget ya, jalannya nanjak banget, tapi cuan sekali sih yang nanjak pisan. Kalau ke sini lebih baik pakai motor daripada mobil. Karena tempatnya pas masih jalan nanjak dan lahan parkir buat mobil kurang. Dan jangan bingung juga di mana tepat sebenarnya. Jadi di depannya memang ada tulisannya Warung Niis gitu, tapi yang dibagian depan adalah rumah pribadi. Jadi kita masuk lewat jalan kecil banget di samping rumah, terus belok kiri naik tangga dulu, baru sampai deh.
Tempatnya city view gitu dan banyak spot buat foto-foto. Ada kola ikannya juga lhoh. Bangunan rumahnya berasa homy banget. Jadi kaya di depan rumah gitu. Di bagian terasnya ada tempat duduk yang berasa lagi duduk di depan teras rumah sabil lihat Kota Bandung, apalagi ketika senja dan malam hari, duh syahdu banget.
Untuk menunya ada makanan berat juga. Tapi aku di sini hanya pesen minumannya saja sabil duduk-duduk syahdu di terasnya memandang Bandung dari ketinggian. Enakeun sih asli tempatnya.
Robatayaki di Nijuugo
Tempat ini baru dibuka. Tempatnya nyatu sama teapot. Pertama kali robatayaki. Jadi robatayaki artinya adalah makanan yang di masak langsung...

-
Ini kali kedua aku melewati jalanan perbukitan Bandung utara di lintas Gunung Palasari, Gunung Bukit Tunggul. Naik dari alun-alun Ujung Beru...
-
Sudah beberapa bulan lalu buka dan selalu ramai. Akhirnya kesampaian juga nyobain. Tempatnya emang di Bandung Timur, jadi emang butuh mood ...
-
Surabi inj legend banget. Udah ada sejak tahun 1976. Varian surabinya ada kinca, oncom dan polos. Harganya 3500. Kalau pakai telur harga...