Sudah masuk bulan Desember nih. Biasanya kalau akhir tahun suka identik dengan piknik. Selain ngabisin sisa cuti, sekalian bisa refreshing. Kali ini aku main ke Cirebon. Lebih tepatnya ke Kotanya. Di sini aku menghabiskan waktu dua hari satu malam.
Perjalanan dimulai dari Kota Bandung menggunakan bis. Sempet galau juga mau ke Cirebon naik apa. Karena kalau naik kereta dari Bandung males muter-muter dan tengah malam sampainya. Kalau naik travel, aku males juga. Akhirnya memutuskan naik bis. Sebelumnya cari tahu dulu bis Bandung-Terminal Harjamukti yang berangkat dari terminal Cicaheum Bandung. Karena tempat tinggalku lebih deket dari Cicaheum. Nemu bis Bhineka. Bis itu bukan patas dan pas aku tanya harganya ternyata 85 ribu. Jamnya pun nggak tentu. Kutanya juga berapa jam sampai ke Cirebon, jawabannya 4,5-5 jam. Wow lama juga. Kebetulan pada suatu hari, aku melihat ada bis PATAS Eka lewat Jalan Suci. Pas kulihat bagian atas ternyata ada nama Cirebon. Langsung aku cari di google agen bus EKA di Cicaheum dan alhamdulillah ketemu. Aku tahu bis EKA ini adalah bis Jawa Timuran. Ternyata ada juga yang sampai Bandung. Tiketnya pun lebih murah. Hanya 60.000 saja dan sehari ada 4x jadwal dari Bandung yaknik 06.00, 08.00, 13.15, 15.15.
Perjalanan pun dimulai hari Sabtu pukul 08.00 dari terminal Cicaheum. Bus melaju melewati Sumedang, Majalengka lalu Cirebon. Aku tiba di terminal Harjamukti kurang lebih pukul 11:30. Sesampai di terminal ternyata turun gerimis. Aku memesan gojek menuju list tempat pertama yang akan kukunjungi sambil menunggu temanku tiba. Tapi trnyata nggak ada ojol yang mengambil orderanku. Aku mencoba memahami situasi. Kalau naik angkot dari terminal nggak ada. akhirnya aku jalan kaki ke tempat angkot itu ada. Lumayan jg lhoh sekitar 800m hampir sekilo ye kan. Akhirnya karena mls bawa tas ransel, aku berniat ke hotel dulu, nitip tas di lobi kalu blm bisa chek in, lalu hunting makan.
Setelah kupelajari jalur angkot, ada angkot lewat yang itu lewat jalan depan hotel. Tapi ternyata oh ternyata… di sepanjang jalan depan hotel sedang ada penebangan pohon massal karena semalam pada tumbang pohonnya. Jadi, hanya diberlakukan satu arah saja dan itu macet. Oleh krena itu angkot yang aku naikin belok arah. Akhirnya aku turun saja dan memilih untuk jalan kaki sepanjang 500m. Lumayan olahraga. Untung udah biasa olahraga jaln kako. Cuman ngeluhnya karena bawa tas ransel. Tas ransel berat sama skincare dan kosmetik. Skincare jaman sekarang kemasannya pakai botol kaca semua. Padahal aku cuman bawa baju minimalis, tpi tetep aja skincare memberatiku. Oh ya naik angkot di sini jauh dekat tarifnya 4000.
Akhirnya setelah jalan kaki sampailah ke hotel, belum bisa check in karena baru jam 13.00, di sini masih keukeuh pngn cari makan sesuai list, tapi ternyata, tetep nggak ada ojol yang mau nerima orderanku. Akhirnya y sudahlah menanti waktu check in saja. Oh ya aku stay di Cordela hotel. Room yang kupilih cukup nyaman meskipun kecil. Hanya saja harus minta peralatan bathroom karena lupa nggak dikasih. Tapi bathroomnya kaya pakai portable gitu.
Aku disinya sewa sepeda motor agar nggak terlalu ribet. Biaya sewanya 75.000 ditambah 25.000 untuk biaya antar jemput.
Perjalanan kuliner dimulai dari Empal Gentong H. Apud yang sudah berdiri sejak tahun 1994. Kuliner ini sangat terkenal di cirebon. Seporsi empal gentong seharga 25.000 tanpa nasi. Tersedia menu empal gentong asem jg. Rasanya luar biasa. Disajikan panas-panas berkuah rasanya nikmat sekali.
Kuliner yang kedua adalah bubur sop ayam M. Kafi yang sudah berdiri sejak tahun 1980. Tempat ini bukanya sore jam 5. Terletak di pinggir jalan dengan konsep kaki lima. Tempat ini sangat terkenal. Ketika aku datang, terdapat pengunjung berplat B juga. Harga yang ditawarkan per porrsi yakni 18.000. sedangkan untuk setengah posrsi 14.000. Rasa kuah sopnya gurih.
Tempat ketiga yang aku kunjungi adalah Bubur M.Toha yang berdiri sejak tahun 1967. Tempatnya ternyata kecil sebuah bangunan berbentuk persegi. Bankgu makannya pun persegi mengikuti arah mejanya yang persegi. Jadi mengeliling gitu. Ketika aku sampai di tempat ini sempat kaget juga karena sempit dan rame banyak pengunjung. Karena bangkunya pun panjang, sehingga tidak ada jeda antara pengunjung satu dengan yang lainnya. Jika karena bukan rasa penasaran, aku pasti sudah balik kanan. Karena perut aku nggak bisa diajak kompromi jika harus makan berdekatan dengan orang asing. Di tempat ini menjual bubur ayam, bubur kacang hijau dan bubur ketan hitam. Aku memesan bubur ayam. Padahal aku tidak terlalu menyukai bubur ayam. Aku nggak tau apa yang spesial dari tempat ini. Karena rasa bubur ayamnya menurut aku biasa aja. Mungkin spesialnya karena sudah legendaris. Selain terkejut karena padat pengunjung, hal lain tang membuatku terkejut lagi adalah orang-orang pesennya nambah ketika makanan sudah habis. Harga yang ditawarkan seporsinya hanya 9000 rupiah saja.
Setelah beres ke Bubur M. Toha, netepan dulu ke Masjih Agung Kota Cirebon. Subhanallah masjidnya bagus sekali.
Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Mie Koclok Mas Edi sejak tahun 1945. Alhamdulillah masih muat perut neneng yang kecil ini. Seporsi ya harganya 18.000. Tidak tersedia menu setengah porsi ya. Yang membedakan dari mie ini adalah jenis kuahnya yang menggunakan campuran tepung beras sehingga kuahnya kental dan berwarna putih susu. Tempatnya pun di kaki lima dan bukanya sore ke malam.
Selanjutnya tempat terkahir malam ini yang dikunjungi adalah Mie Get Wahidin. Jadi apa itu Mie Get? Awalnya bingung juga kenapa mie get namanya. Ternyata sejarahnya adalah karena dulu jualnya di depan gate atau pintu gerbang SMPN 5 Cirebon. Mie get ini sudah ada sejak tahun 1995. Berhubung sudah tidak boleh berjualan di area trotoar, sekarang pindah ke Jl. wahidin. Ternyata rame sekali tempat ini. Semua kursi hampir penuh. Sebenarnya mie ini sama kaya mie indomie hanya saja dimasakanya dicampur dalam satu wajan ditambah dengan telor dan sayuran . Harga seporsinya jadi 15.000
Oke perjalanan di hari pertama cukup sekian, saatnya beristirahat.
Petualangan di hari kedua dimulai dari Nasi jamblang Bu Nur yang berdiri sejak tahun 2007. Tempat ini juga terkenal karena jamblang masuk makanan khas Cirebon. Pesennya sampai ngantri panjang. Sistemnya ambil prasmanan gitu dan langsung bayar. Ternyata yang membedakan adalah nasi jamblang ini memakai alas daun jati dan ada sambel goreng. Untuk menu makanan yang disajikan pun sama dengan di tempat-tempat lain. Aku pesen nasi dengan tuna dan sambel hanya 11.000.
Setelahnya aku masih sempet mampir ke tempat makan docang Pak Kumis. Hanya berjarak kurang lebih 200m dari Nasi Jamblang Bu Nur saja. Tempatnya di kaki lima. Sebenarnya dari semua jenis makanan, ini yang paling nggak cocok. Isinya daun singkong, lontong, daun kucao, tauge dan kerupuk, dicampur dengan parutan kelapa dan disiram dengan kuah oncom. Menurutku aku nggak cocok sih sama lidah aku. Harga seporsi hanya 8000 rupiah saja.
Setelah double sarapan, kami menuju situs Goa Sunyaragi yang berada di pinggir Jalan Bypass. Gua Sunyaragi adalah taman air atau bisa disebut pemandian. Hanya saja tekstur batuannya itu jika dilihat terus menerus jadi bikin gatel. Tiket masuknya 15 ribu rupiah.
Setelah dari Gua sunyaragi, pengen es plered. Aku mencari es kopyor 4848 dengan bermodalkan google maps, tpi ternyata nggak nemu dan google mapsnya kurang sesuai. Karena keburu-buru dikejar waktu, akhirnya tempat ini di skip, lalu beralih ke Pasar Kanoman nyari tahu gejrot. Tahu Gejrot yang legend sejak 1972 adalah Tahu Gejrot Wardi. Letaknya ada di Pasar Kanoman. Cukup susah ya mencarinya jika nggak nanya-nanya orang meskipun letaknya di pinggiran jalan, tapi tertutup tenda gitu. Harganya hanya 10.000 dan cukup banyak.
Setelah itu kami beranjak ke hotel untuk checkout dan tujuan terlahir adalah Nasi Lengko H. Barno. Tempat ini terkenal juga karena berdiri sejak 1968. Areanya untung luas dan memanjang. Nasi lengko adalah nasi putih dengan atasan potongan kol, tahu dan ada kuah kacang. Mirip dengan kupat tahu Magelang. Bedanya kalau kupat tahu nasinya diganti kupat. Cuman nasi lengko ini bener-bener hambar rasanya. Nggak ada asin ataupun gurih sama sekali. Mungkin emang harus dimakan sama sate kambing biar berasa. Harga seporsi nasi lengko tanpa sate kambing yakni dibandrol 15.000 rupiah
Yang terkahir beli kue tapel Mbak Lena yang kebetulan hanya berjarak 50m dari Nasi lengko H. Barno. Jika dicari di google maps emang munculnya Nasi Lengko dan Sate Kambing H.M.Sadi, jadi tempatnya berada di balik gapura yang mau menuju Nasi Lengko dan Sate Kambing H.M.Sadi. tempat jualannya pun hanya di pinggiran. Kue tapel itu semacam crepes ala Cirebon yang dimasak menggunakan tungku. Di dalemnya ada isian gula merah. Kue ini terbuat dari tepung beras dan kelapa. Harganya sebiji 9000. Walaupun cuman sebiji tapi cukup besar. Kue tapel Mbak Lena ini sangat terkenal karena legendarisnya meskipun sederhana hanya di pinggiran.
Sekian perjalanan kuliner aku di Cirebon. Sebenarnya masih banyak yang belum dicoba lhoh seperti mie colot, mie petruk, dan es cuwing. Masih banyak list-list yang belum sempat terlaksanan, next time semoga bisa main ke Cirebon lagi.