Kulineran ke Solo-Wonogiri

 


One day culinary Trip nih ke Solo sampai kabupaten Wonogiri. Perjalanan dimulai dari Bandung. Seperti biasa menggunakan kereta. Kereta yang aku naikin sampai Kutoarjo saja. Aku memilih buat transit di Kutoarjo agar bisa bebersih diri, dandan dan sholat meskipun nggak usah mandi karena keretanya sampai jam 4 pagi. 

Setelah beres, aku melanjutkan perjalanan menggunakan kereta prameks sampai St. Tugu Jogja. Kereta prameks hanya sampai stasiun Tugu saja. Kalau sudah kehabisan tiket di aplikasi KAI bisa langsung tab menggunakan e money atau gontransit di aplikasi gojek seperti commuter line. Setelah sampai di St Tugu Jogja aku melanjutkan perjalanan sampai St Solo Jebres menggunakan KRL. Berhubung aku tap e money jadi tidak perlu melakukan boarding lagi. Jadi nggak perlu keluar.

Sampai St Solo Jebres langsung menuju ke Pasar Gede Solo. Naik ojol aja. Nah di Pasar Gede ini surganya kuliner legendaris.

Pertama langsung menuju ke Es Dawet Telasih Bu Dermi yang sudah ada sejak tahun 1930-an. Dawet di sini berbeda dengan yang lain. Jadi dawetnya itu isinya seperti bubur sumsum, ketan hitam, selasih, cendol. Harga seporsinya 12.000. Pas ke sini antrinya lumayan juga. Bisa dibungus juga.



Lanjut. Setelahnya beli brambang asem. Masih di Pasar Gede juga. Harganya hanya 5000 rupiah saja. Yang jual banyak di dalam pasar ini. Brambang asem ini isinya seperti plencing kangkung. Ada bumbu rujak, ada kangkung, dan gembus. 

Nah di tempat aku beli brambang asem ini ada yang jual lenjongan juga. Lenjonga adalah beberapa makanan seperti tiwul, cen il, gatot, gethuk dan lain sebagainya yang atasnya dikasih parutan kelapa dan gula merah cair.




Kuliner selanjutnya adalah cabuk rambak. Masih di seputaran Pasar Gede juga. isinya ketupat diris tipis-tipis, disiram dengan saus wijen yang dicampur kemiri dan parutan kelapa yang disangrai dan dikasih kerupuk nasi. Harganya hanya delapan ribu saja. Aku pesen aku bungkus saja.


Nah di Pasar Gede ini juga surganya kuliner oleh-oleh.
Setelah dari Pasar Gede aku naek bus trans Jateng jurusan Solo -Wonogiri. Aku naek dari Halte Pasar Gede. Rute ini merupakan rute baru. 




Masih banyak antusias warga untuk mencoba bus trans jateng jurusan Solo-Wonogiri. Jadi pas aku ke sini penuh juga, sampai-sampai aku berdiri dari naek hingga sampai yang mana menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam. Lumayan kan.
Setelah sampai terminal Wonogiri, ternyata buanyak juga yang antri mau balik ke Solo. Seberang terminal Wonogiri ada Stasiun Wonogiri. Sebenarnya kalau mau ke Wonogiri naik kereta pun bisa tapi kebetulan nggak cocok jamnya dengan aku. Kalau nggak salah cuman tersedia 1x keberangkatan PP kalau nggak salah.





Begitu keluar kami berjalan kaki menuju bakso Titoti yang terkenal legend karena sudah ada sejak tahun 1980an. Nah kebetulan di sini tempatnya luas banget. Toiletnya pun bersih. Harganya mulai belasan ribu untuk mie ayam dan baksonya mulai dua puluhan ribu rupiah. Rasanya enak lhoh. 



Selanjutnya aku berburu jajanan khas Wonogiri yaitu Sambal Cabuk Wonogiri yang terberbahan dasar dari wijen hitam dan dibungkus menggunakan daun pisang. Aku beli di Toko Oleh-oleh Bu Darmo di Pasar Wonogiri. Harganya hanya 2000/bungkus. Aku beli buat di bawa ke Bandung dan enak banget kalau dimakan sama nasi anget.


Oleh-oleh lain yang khas yaitu kacang mete.
Setelah itu aku ke masjid Agung Wonogiri. 
Jalan kaki karena itungannya masih dekat. Ya kalau diitung total ada kali jalan sekitar 2km. Sepele sih jalan segitu mah tapi panasnya bukan maen.

Depan masjid agung pasti alun-alun. Nah 
ini penampakan alun-alun Wonogiri. Nggak begitu luas sih dan sepi. Tapi nggak tahu kalu sore sepi atau engga.

Setelah dari sini mampir ke salah satu tempat  nongkrong yang ada di Wonogiri. Kami ke Angkringan Sopo Ngiro naik Gojek karena lumayan jauh 2,5 km dari alun-alun. 
Sebenarnya ini tempat makan juga sih. 
Tapi karena cuman ingin neduh aja ke sini dan pesen teh nasgintel.



Setelah ngadem sebentar aku balik lagi ke terminal karena takut nggak kebagian karena pinuh. Akhirnya dapat juga sih meskipun tetep nggak duduk dari awal sampe akhir.
Sampai di Kota Solo masih ada waktu 3 jam untuk keretaku balik ke Bandung. Aku hunting kuliner lagi yang bukanya sore ke malam. 

Pertama ke Wedang Dongo Pak Untung. Wedang Dongo adalah minuman khas dan favorit warga Solo. Mirip seperti Ronde tapi bulet-buletannya kecil dan tidak ada roti tawar. Wedang Dongo Pak Untung sudah ada sejak tahun 1955. Harganya 13.000/porsi.



Setelah itu aku ke Nasi Liwet Bu Wongso Lemu yang sudah legend sejak tahun 1950. Pas aku ke sini cukup ramai.


Harganya aku lupa berapa. Tapi murah meriah kok. Rasanya juga enak.

Oke setelah beres aku pulang menuju stasiun.

Matursuwun Solo.

Robatayaki di Nijuugo

Tempat ini baru dibuka. Tempatnya nyatu sama teapot. Pertama kali robatayaki. Jadi robatayaki artinya adalah  makanan yang di masak langsung...